Kalimantan Barat: Kementerian Pendidikan Nasional Pusat Bahasa, 2010. — 213 p.
Haryanto. Dictionary of synonyms and antonyms of the Sambas dialect of the Malay language.
Suku Sambas mempunyai bahasa Sambas yang merupakan turunan langsung dari bahasa Old Kendayan dan termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia. Bahasa ini berkembang sejak zaman Panembahan Sambas (Pra Islam) dan Kesultanan Sambas. Bahasa Sambas berbeda dengan bahasa Melayu di tanah Sumatera maupun Malaysia dan akar dari kosakata bahasa Sambas berasal dari bahasa Old Kendayan atau rumpun Klemantan, sehingga 80% kosakata-kosakata bahasa ini sangat mirip dengan Bahasa Dayak Kanayatn dan Bahasa Melayu Sarawak, serta sisanya menyerap dari Bahasa Melayu Muda, Bahasa Iban, dan sedikit menyerap kosakata bahasa Jawa.
Bahasa Sambas memiliki dialek tersendiri setelah turun temurun beradaptasi dengan lingkungan dan peradaban. Sebelum kedatangan Melayu tentu Sambas pra Melayu adalah juga Dayak atau turunan dari Dayak. Hal itu tidak mungkin dimungkiri sebab secara wilayah pun Sambas berada sangat dekat dengan wilayah Dayak Kanayatn (Selako) atau Dayak berbahasa Bangahe dan Bangape bahkan wilayah tersebut tanpa batas sungai atau laut. Hal itu memungkinkan terjadinya perubahan bahasa setelah orang Sambas yang sejatinya Dayak beragama Hindu awal berubah menjadi Dayak Islam dan menciptakan budaya baru dan dialek bahasa baru dengan tidak meninggalkan akar kosa katanya.
Bahasa Sambas sangat mudah dipahami, apalagi bagi orang yang mendengar orang Betawi berbicara, karena kurang lebih bahasa Betawi dan Melayu sama, misalnya: Seseorang berbicara, "Kamu mau ke mana?", jika dalam bahasa melayu "Kau nak ke mane", (penyebutan "e" dalam bahasa melayu, sedangkan bahasa suku Sambas membunyikan "e" seperti bunyi pada kata "lele". Keunikan lain dari bahasa Melayu Sambas adalah pengucapan huruf ganda seperti dalam Bahasa (Melayu) Berau di Kalimantan Timur, seperti pada kata 'bassar' (artinya besar dalam bahasa indonesia).